Rona Jingga
Sadarkah kau, bahasaku berubah-ubah sesuai perasaanku. Bahkan ketika mengisahkan kembali cerita ini, aku menyadari adanya keluar-masuk lapisan keintiman. Di atas permukaan, aku adalah orang yang sinis dan skeptis. Aku dingin serta berjarak dari perasaan sentimentil.

Di bawah permukaan, bahasaku mengandung kesedihan, rasa lemah, kalah, dan dikhianati. Bahasaku penuh keraguan. Di bawah permukan aku menyimpan banyak rasa-rasa malu, sesuatu yang begitu rentan dan intim, yang kucoba simpan hanya bagi diriku sendiri.

Serupa dengan para pesnorkel yang menikmati pemandangan terumbu karang. Dari atas permukaan, mereka tampak begitu tolol, mengapung-ngapung  telungkup pada air dangkal, mengipas-ngipaskan kaki bagai ikan koki bermata bulat yang berenang di tempat, berbicara dengan suara kumur-kumur yang keluar melalui pipa udara. Mereka tampak bagai penyelam infantil. Tapi, yang mereka lihat di bawah permukaan air adalah pemandangan menakjubkan. Keajaiban yang hanya bisa kau lihat jika kau mngenakan topeng kaca bodoh itu dan menyelamkan wajah ke dalam laut. Demikianlah aku dengan Sebul,. Dia adalah impianku paling rahasia. Begitu rahasia hingga nyaris mistis.
RA
Rona Jingga
Sesuatu yang menahun sulit diungkap, antara kita dan kepada siapapun yang patut mendengar.
Hanya dari langkah kakinya yang terjaga di belakangku.
Hanya dari spontanitas kesengajaan aku menoleh ke kanan dan dia ke kiri.
Hanya dari beberapa detik saling menyematkan pandangan ke mata masing-masing di waktu-waktu yang sangat tak terduga.
Entah mulai kapan hatiku menyebut namanya ketika menangis.
Kami terlalu dini untuk saling menduga.
Tp 8 tahun bukan waktu yang sebentar untuk hanya dilewatkan dengan diam.
Sebesar itukah kebebasan merajai hatimu?