Rona Jingga
Beberapa malam belakangan ini rona Jingga tidak seperti biasanya. Tampaknya ia sedang dibakar cemburu.  Kalau kebanyakan wanita cemburu pada wanita lain yang lebih cantik dan seksi dari dirinya, tidak begitu dengan Jingga. Dia hanya sedang dibakar cemburu oleh kehadiran seorang wanita yang menurutnya cerdas, kritis dan berisi. Nila, perempuan yang hadir setelah kepergian Jingga. Nila hadir tanpa ada warna lain terlebih dahulu. Dia datang begitu saja setelah Jingga tiada.

Dari pengamatan Jingga, Nila cukup menyilaukan. Tulisan-tulisannya, pemikirannya, bagaimana dia memilih bahasa. Yah, semua itu sudah tentu membuat Jingga terbakar cemburu. Tapi, karena Jingga wanita begitu juga dengan Nila, Jingga tau Nila tetap tak bisa mengedepankan logika dari perasaannya. Nila boleh mengkritisi banyak hal. Nila bisa saja bermain laku dengan banyak teori. Nila sering kali menyelam dan berenang-renang dalam pikirannya yang liar. Menari dalam setiap retan waktu sunyi di antara kegaduhan sekitarnya. Tapi tidak jika dihadapkan dengan hati. Nila harus berhati-hati dengan hati, karena di dalam hati ada hati.

Nila, dengan usianya yang lebih muda dari Jingga, telah mencapai proses pemikiran yang lebih matang. Mungkin karena Jingga tidak seproduktif Nila dalam menulis. Atau mungkin ada yang telah Nila capai dari salah satu impian Jingga. Jingga tau, Nila tidak berusaha mencuri hati siapapun. Jingga juga tau tak mudah untuk Nila menggantikan peran Jingga. Tapi Jingga paham benar, bahwa Nila adalah seorang wanita luar biasa yang bisa saja mendapatkan peran yang lebih istimewa dari Jingga.

Bukan Jingga kalau dia tidak damai dalam cemburu. Jingga hari ini memang sedang panas terbakar. Jingga saat ini memang resah oleh gelisah. Tapi Jingga sudah banyak belajar tentang bagaimana berkompromi dengan rasa cemburu.  Apalagi cemburu pada Nila. Jingga bukan sedang tidak mempertahankan cintanya, Jingga bukan sedang pasrah dan menyerah mengaku bahwa ia telah kalah. Karena Jingga tau dan percaya, bahwa tak ada yang terkurangi dan terbagi dengan kehadiran Nila. Jingga percaya, dirinya dan Nila memiliki tempat berbeda. Keadilan adalah urusan dia dengan Tuhan-nya. Yang Jingga tau, ia ingin mencapai salah satu cara untuk masuk Surga.

Selamat datang Nila..
0 Responses

Post a Comment