Rona Jingga
Jangan salah sangka dulu,
Aku mencintai kehidupan,
aku menikmati setiap hela napas,
setiap pergerakan terkecil semua sendi dan ototku,
dan aku sepakat tidak ada yang lebih merdu dari suara detak jantung.

Tapi,
seperti kalimat klise yang berbunyi "setiap manusia punya batas",
aku juga punya.

Nah,
lucunya, eksistensi bodohku selalu mendorong batas itu sehingga apa yang kukira batasku hari ini ternyata masih punya ujung baru esok harinya.
Sama liciknya dengan stiker di angkot,"hari ini bayar, besok gratis".

Manusia yang selalu hidup di benang perbatasan antara waras dan gila,
antara kata mutiara dan umpatan durjana,
adalah manusia yang paling kesepian.

Lautan manusia lain hidup nyaman di area 'wajar2 saja'.
Bukan aku.
Aku hanya bisa memandangi layaknya gelandangan di bukit sampah menatap gedung apartemen mewah.
Seperti Plato nan beku memandangi Bumi nan biru.
Tapi kita sama-sama manusia.
Atau....bukan?

Sekalipun status manusiaku diragukan,
tapi minimal aku masih punya guna untuk manusia lain.
Itu sudah cukup untuk hari ini.
Besok aku sudah jadi kodok.
Siapa yang tau?
Dan karena sore itu indah,
aku pun mulai bercerita tentang satu 'kenapa' yang bercabang menjadi ratusan 'apa?!'
0 Responses

Post a Comment