Rona Jingga
Kini ada semacam dorongan untuk mengeritik apa yang terjadi.

Semuanya seperti bertentangan dengan harapan-harapan.

Seorang yang baik, pergi begitu saja. Lalu ternyata ia tidak sebaik yang tergambar sebelumnya.

Seakan-akan manusia diajarkan untuk mencurigai semuanya palsu.

Bahwa di balik kenyataan ada lapisan kenyataan lain yang mungkin juga masih menyimpan kenyataan yang lain.

Mulai memandang sekeliling dan merasakan semua yang ada di sekitar seperti tak punya arti lagi.

Aku merasa berhadapan dengan kesewenang-wenangan.

Semacam emosi memonitor gerakan-gerakan dalam kehidupan.

Letupan-letupan yang diterima masing-masing orang memang berbeda.

Dan satu orang individu, seperti saya sendiri, tidak bisa benar-benar menuntut keadilan, sebab saya hanya sebagian kecil saja dari sejarah panjang.

Seseorang mungkin sekali akan kekenyangan sampai perasaannya tumpul dan tidak bisa menghirup.

Saya menghitung berapa banyak manusia telah menjadi tumbal.

Korban-korban itu sama sekali tak tercatat.

Di depanku seperti muncul piramid-piramid besar. Jauh lebih dahsyat dari yang pernah diduga.

Barangkali hanya satu persen manusia yang benar-benar dapat kesempatan hidup sebagaimana manusia.
Dan itu pun hanya sebagian kecil saja yang berhasil memanfaatkannya.

Yang termasuk paling berhasil agaknya kemudian menuliskan sejarah manusia, seakan-akan ia berhak mewakili begitu banyak nyawa yang tersia-sia.

Ini mengerikan sekali.

Apalagi kalau mengingat bahwa seluruh sejarah manusia selanjutnya tak ada artinya lagi karena sudah dituliskan, dirampas oleh beberapa nama-nama besar yang terpilih di masa lalu.

Konsep tentang nilai-nilai satu-satunya yang masih menjadi harapan.

Dengan membuat akrobatik, memutarbalikan segalanya, mungkin masih ada harapan buat seorang manusia yang tidak terpilih untuk berharga.
0 Responses

Post a Comment